Hujan pada pagi yang lalu
Coba sembunyikan tangisan pilu
Kala lidah terasa kelu
Kala waktu lambat berlalu
Semilir angin senja berbisik lirih
Coba ungkapkan pedih perih
Kala hati terasa letih
Kala asa menjadi buih
Kau datang laksana kejora
Berkelap-kelip indah tiada tara
Mengajak hati berdansa ceria
Kala malam berpesta ria
Saturday, 10/04/2011.
Friday, April 29, 2011
“Tanpa Ralat”
Saat duka mulai mengerat
Saat benci semakin menguat
Saat amarah mencuat
Saat kata tak lagi berat
Aku pergi tanpa niat
Diikuti kabut perak nan pekat
Dengan pendaran-pendaran hijau pucat
Mengumpat tanpa ralat
Tuesday, 15/03/2011.
Saat benci semakin menguat
Saat amarah mencuat
Saat kata tak lagi berat
Aku pergi tanpa niat
Diikuti kabut perak nan pekat
Dengan pendaran-pendaran hijau pucat
Mengumpat tanpa ralat
Tuesday, 15/03/2011.
“Intuisi?, Nyata...”
Kekaguman semata membawa duka
Menggiring hati bermuram durja
Mata hati tak pernah berdusta
Mengikuti intuisi yang ada
Wajahmu yang tak terlupa
Menghiasi hidup penuh makna
Memaparkan seluruh asa
Berharap semua nyata
Thursday, 06/08/2009.
Menggiring hati bermuram durja
Mata hati tak pernah berdusta
Mengikuti intuisi yang ada
Wajahmu yang tak terlupa
Menghiasi hidup penuh makna
Memaparkan seluruh asa
Berharap semua nyata
Thursday, 06/08/2009.
“Pandanglah Aku”
Hari ini hari yang paling menjemukan
Hari dimana aku harus berjuang
Melawan keputus-asaan
Memusnahkan bayang-bayang
Di sini aku berdiri
Lama aku terpaku
Diam seribu bahasa
Satu cita yang ku pinta
"Pandanglah aku"
Sebelum semuanya gelap
Monday, 14/03/2011.
Hari dimana aku harus berjuang
Melawan keputus-asaan
Memusnahkan bayang-bayang
Di sini aku berdiri
Lama aku terpaku
Diam seribu bahasa
Satu cita yang ku pinta
"Pandanglah aku"
Sebelum semuanya gelap
Monday, 14/03/2011.
Subscribe to:
Comments (Atom)